Mengenai Saya

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Saya biasa dipanggil Riyan. Saya berasal dari Trenggalek, Jawa Timur. Sekarang saya tinggal di Bandung untuk menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung. Kata teman-teman, saya itu orangnya pendiem, ramah, dan tenang.

Minggu, 12 Juni 2011

Kebahagiaan Hakiki


Disuatu malam yang sunyi aku mencoba untuk berjalan menapaki gelapnya desa ini. Aku mencoba pergi dari gemerlapnya kota yang penuh kemewahan dan keramaian untuk sementara waktu. Mencari ketenangan setelah hari-hari penuh dengan tumpukkan tugas-tugas. Dan mencari makna akan hidup ini.
Suara hewan-hewan malam menemani langkah-langkahku. Semilir angin malam pun ikut membelai tubuhku. Kulihat sebuah rumah dari bambu dengan lampu tradisional yang menyala redup. Dari dalam rumah itu kudengar suara anak yang sedang mengaji. Melantunkan ayat-ayat Allah dengan suara merdu. Hatiku pun tersentuh mendengarnya. Aku merasa heran, mengapa dari rumah-rumah di kota yang justru memiliki lampu yang lebih terang, jarang sekali terlantun ayat-ayat Allah. Mengapa di kota orang-orang lebih suka mendengarkan musik-musik barat yang kurang bermanfaat.
Perjalanan aku lanjutkan hingga aku melihat subuah rumah kecil di pojok pertigaan jalan. Aku berheti sejenak untuk melihat rumah itu. Dari dalam rumah itu terlihat seorang ayah duduk dengan istri dan dua orang anaknya. Mereka berkumpul dan bersenda gurau bersama. Tampak kedamaian, keceriaan, dan kebahagiaan dari wajah mereka. Walaupun mereka hidup sederhana, ternyata mereka dapat merasakan indahnya kebahagiaan. Jauh berbeda dengan orang-orang yang ada di kota. Mereka selalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Orang tua selalu disibukkan dengan pekerjaannya di kantor hingga larut malam. Anak-anak pun disibukkan dengan kegiatan-kegiatannya. Walaupun mereka hidup penuh dengan kemewahan apakah mereka mampu merasakan indahnya keluarga jika berkumpul bersama saja sudah jarang.
Kakiku terus melangkah. Hingga akhirnya aku menemukan sebuah gubuk di tengah sawah. Pelan-pelan aku melangkah menyusuri jalan setapak menuju gubuk itu. Sesekali aku terpeleset ke dalam sawah. Aku duduk dan sesekali berbaring di gubuk itu. Ku rasakan sejuknya angin malam itu. Subhanallah........sangat segar udara di desa ini!!!! Aku tidak pernah merasakan ini di kota. Terlalu banyak polusi udara dari kendaraan-kendaraan bermotor yang setiap hari memenuhi jalan kota serta terlalu banyak pula asap-asap pabrik. Aku ingin menghirup udara segar ini sebanyak-banyaknya dan akan ku bawa ke kota.
Pandanganku kemudian mengarah ke langit. Aku melihat jutaan bintang menghiasi langit malam itu. Sungguh damai rasanya hatiku. Aku mencoba untuk menghitung bintang-bintang itu satu per satu. Namun ternyata aku tak sanggup untuk menghitungnya. Sungguh indah bintang-bintang di malam itu. Seandainya bisa ingin ku petik bintang-bintang itu dan ku bawa pulang untuk menghiasi rumahku. Sayang sekali aku tidak bisa menemukan ini di kota karena terhalangi gedung-gedung yang menjulang tinggi serta polusi cahaya dari gemerlapnya lampu kota. Kedamaian yang ku rasakan ini akan selalu ku simpan di dalam hatiku.
Setelah puas menikmati sejuknya angin malam dan indahnya bintang-bintang di langit malam itu, aku beranjak pergi dari gubuk itu dan meneruskan langkahku. Dalam perjalanan aku menemukan kebun yang terbentang luas. Disana tumbuh alami berbagai macam tumbuhan. Ada sayur-sayuran, buah-buahan, dan ada pula pohon-pohon rindang. Banyak sekali buah-buah yang sudah matang, Ingin sekali rasanya aku memetik buah itu. Tapi aku sadar itu bukan milikku. Maha Besar Allah yang telah menciptakan ini semua.
Malam semakin larut. Aku memutuskan untuk menyudahi perjalanan ini dan segera kembali ke rumah. Sampai rumah aku berbaring di tempat tidur. Aku mencoba untuk merenungi semua yang ku temukan tadi. Aku mencoba untuk menemukan arti kebahagiaan.
Hidup di desa memang tidak mudah dengan segala keterbatasan fasilitas. Namun, dibalik keterbatasan itu kita dapat merasakan kebahagiaan dan kedamaina. Jika di kota telinga kita selalu disuguhi dengan musik-musik yang tidak bermanfaat, di desa kita dapat mendengarkan lantunan ayat-ayat Allah yang mendamaikan hati. Jika orang-orang dikota memiliki taman yang sangat luas, orang-orang didesa memiliki ladang yang luasnya tak terhingga dengan segala sayur dan buah-buah yang tumbuh alami. Jika rumah-rumah dikota udaranya segar karena AC, di desa udara segar itu dapat diperoleh gratis. Jika kehidupan di kota dipenuhi dengan gemerlapnya lampu-lampu, di desa kita mendapat penerangan gratis yang juga sangat indah dari bintang-bintang dilangit.
Satu hal yang paling bermakna dari perjalanan tadi, aku dapat mengerti arti kebahagiaan dalam hidup ini. Ketika orang-orang dikota disibukkan oleh kegiatan masing-masing sampai larut malam, di desa orang-orang dapat berkumpul dan berbahagia bersama keluarga walaupun dengan kehidupan yang sederhana. Aku mendapatkan pelajaran yang luar biasa dari hal ini. Kebahagiaan sejati bukanlah kebahagiaan dari harta benda dan kemewahan. Kebahagiaan sejati adalah ketika kita mampu mensyukuri segala yang kita miliki.

By Sempok Al Badawi ^_^